10 Penyakit yang Terkait dengan Kekurangan Vitamin D,Salah satunya Kanker Payudara


 Vitamin D dibutuhkan untuk tulang yang kuat dan sehat. Namun, kekurangan vitamin D dampaknya tidak hanya untuk tulang. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa kekurangan vitamin D terkait dengan sejumlah penyakit dan kondisi medis.

Jumlah vitamin D yang dibutuhkan setiap hari tergantung pada usia dan, dalam beberapa kasus, faktor lain. Menurut laman Kementerian Kesehatan, dosis vitamin D biasanya disarankan pada 600 IU per hari (15 mcg) dan ini bisa didapat baik melalui sinar matahari, makanan, maupun suplemen.

Kalau kamu tinggal di daerah yang lebih dingin atau lebih minim sinar matahari, atau jika memiliki kulit berwarna gelap, kamu mungkin perlu mendapatkan lebih banyak vitamin D daripada orang yang tinggal di lingkungan yang lebih cerah atau berkulit lebih terang. Ini karena paparan sinar matahari adalah cara utama tubuh kita menyerap vitamin D.klik

Berikut ini adalah beberapa kondisi medis dan penyakit yang telah dikaitkan dengan kekurangan vitamin D.


1. Diabetes

Hubungan antara kadar vitamin D yang rendah dan diabetes sudah jelas. Walaupun mengapa keduanya berkaitan masih belum diketahui, tetapi para peneliti memiliki hipotensis.

Beberapa peneliti percaya bahwa hubungan tersebut terkait dengan peran vitamin D dalam sensitivitas dan resistansi insulin. Namun, uji coba terkontrol acak tidak semuanya mendukung bukti bahwa peningkatan kadar vitamin D melalui suplemen vitamin D menghasilkan peningkatan sensitivitas insulin. Penelitian dalam Journal of Research in Medical Sciences tahun 2013 menunjukkan hasil yang beragam ini.

Kemungkinan lain dari keterkaitan tersebut terkait dengan peran vitamin D dalam peradangan, karena pasien diabetes tipe 2 juga memiliki peradangan kronis yang lebih tinggi.

Sebuah tinjauan yang diterbitkan dalam Biochemical Journal pada Maret 2017 menemukan bahwa ketika vitamin D kurang, banyak proses seluler dalam tubuh mulai rusak, dan ini memicu timbulnya penyakit seperti diabetes.

Tetap saja, orang yang berisiko diabetes tidak boleh minum suplemen secara agresif. Studi multisenter besar dalam New England Journal of Medicine tahun 2019 menemukan bahwa masih belum jelas bahwa suplemen vitamin D mencegah diabetes tipe 2.


2. Penyakit jantung

Sejumlah penelitian telah menunjukkan hubungan antara kadar vitamin D darah rendah dan penyakit jantung dan komplikasi terkait, menurut sebuah ulasan dalam jurnal Circulation Research tahun 2014. Namun, ini belum secara jelas menetapkan apakah suplementasi vitamin D dapat mengurangi risiko ini.

Tinjauan tersebut mengutip penelitian yang menunjukkan kadar vitamin D sebagai penyebab potensial masalah kesehatan yang berkaitan dengan penyakit jantung, termasuk aterosklerosis, tekanan darah tinggi, diabetes, dan stroke.

Menurut American Heart Association, kamu bisa mengurangi risiko penyakit jantung dengan menjaga berat badan yang sehat, rutin olahraga, dan makan makanan yang kaya akan daging tanpa lemak, kacang-kacangan, serta buah dan sayuran.


3. Demensia

Sebuah studi dalam jurnal Neurology pada Agustus 2014 menunjukkan bahwa kekurangan vitamin D sedang dan berat pada orang dewasa yang lebih tua dikaitkan dengan risiko dua kali lipat untuk beberapa bentuk demensia, termasuk penyakit Alzheimer.

Demensia melibatkan penurunan pemikiran, perilaku, dan ingatan yang berdampak negatif pada kehidupan sehari-hari. Penyakit Alzheimer adalah bentuk demensia yang paling umum, terhitung sebanyak 80 persen kasus demensia, menurut Alzheimer’s Association.

Studi tersebut menganalisis lebih dari 1.600 orang berusia 65 tahun atau lebih yang tidak menderita demensia pada awal penelitian. Dibandingkan dengan orang yang memiliki kadar vitamin D normal, mereka yang memiliki kadar vitamin D rendah memiliki risiko 53 persen lebih tinggi untuk mengembangkan semua penyebab demensia, sementara mereka yang sangat kekurangan memiliki risiko 125 persen lebih tinggi.

Para peneliti juga menemukan bahwa orang yang memiliki tingkat vitamin D yang lebih rendah sekitar 70 persen lebih mungkin untuk mengembangkan penyakit Alzheimer secara khusus,SahabatQQ dan mereka yang sangat kekurangan lebih dari 120 persen lebih mungkin untuk mengembangkan gangguan neurodegeneratif ini.

Akan tetapi, para peneliti mencatat bahwa penelitian mereka bersifat observasional, artinya idak membuktikan hubungan sebab akibat langsung dengan kekurangan vitamin D dan demensia serta penyakit Alzheimer. Meskipun demikian, mereka berteori bahwa vitamin sinar matahari dapat membantu membersihkan plak di otak yang terkait dengan demensia.

Terlepas dari hubungan antara vitamin D dan demensia, menerapkan pola makan sehat dan seimbang, rutin olahraga, dan merawat kesehatan mental dapat membantu mengurangi risiko demensia.


4. Kanker payudara

Tinjauan ilmiah dalam jurnal Breast Cancer: Basic and Clinical Research tahun 2017 menemukan bahwa sebagian besar studi vitamin D mendukung hubungan terbalik antara tingkat vitamin D dan risiko kanker payudara. Artinya, kekurangan vitamin D dikaitkan dengan risiko kanker payudara yang lebih tinggi.


Studi pendahuluan dalam jurnal Breast Cancer Research tahun 2019 menunjukkan bahwa sel kanker payudara yang terpapar vitamin D konsentrasi tinggi dikaitkan dengan penurunan keparahan. Namun, studi terhadap manusia diperlukan.


5. Disfungsi ereksi

Sebuah studi kecil terhadap 143 subjek menemukan bahwa pria dengan disfungsi ereksi parah memiliki kadar vitamin D yang jauh lebih rendah daripada pria dengan disfungsi ereksi ringan. Temuan ini dilaporkan dalam Journal of Sexual Medicine tahun 2014.

Para peneliti berteori bahwa kekurangan vitamin D dapat menyebabkan disfungsi ereksi dengan menghambat kemampuan arteri untuk melebar—suatu kondisi yang disebut disfungsi endotel dan penanda penyakit jantung yang telah dikaitkan dengan kekurangan vitamin D dalam penelitian lain.

Misalnya, sebuah penelitian dalam Journal of American College of Cardiology menunjukkan bahwa kekurangan vitamin D berkaitan dengan kekakuan arteri pada orang sehat. Salah satu persyaratan untuk mencapai ereksi adalah berfungsinya arteri dengan baik, yang bertanggung jawab untuk memasok darah ke penis sehingga bisa membesar.

Disfungsi ereksi adalah masalah seksual paling umum di kalangan pria. Prevalensinya di seluruh dunia diperkirakan akan meningkat menjadi 322 juta pria pada tahun 2025, menurut laporan dalam International Journal of Impotence Research tahun 2000.

Disfungsi ereksi bisa berasal dari kondisi kesehatan lain seperti diabetes, kanker prostat, dan tekanan darah tinggi. Perawatan umumnya termasuk terapi penggantian hormon, konseling, dan perubahan gaya hidup seperti berhenti merokok, membatasi alkohol, dan menerapkan pola makan sehat dan seimbang.


6. Kanker prostat

Studi dalam jurnal Clinical Cancer Research tahun 2014 menemukan hubungan antara kadar vitamin D dalam darah rendah dan kanker prostat agresif pada pria Eropa-Amerika dan Afrika-Amerika. Para peneliti menyebut bahwa suplementasi vitamin D dapat membantu.

Para peneliti mengamati kadar vitamin D pada 667 pria berusia 40–79 tahun yang menjalani biopsi prostat. Hubungan antara vitamin D dan kanker prostat tampak sangat kuat pada pria Afrika-Amerika, dengan hasil yang menunjukkan bahwa pria Afrika-Amerika dengan kadar vitamin D rendah lebih mungkin dites positif terkena kanker dibandingkan pria lain dengan kadar vitamin D normal.

Meskipun temuan ini bersifat observasional, tetapi hanya dua faktor yang mungkin terkait. Kita bisa mengurangi risiko penyakit dengan memastikan untuk memenuhi kebutuhan vitamin D setiap hari. Juga, temui dokter secara berkala dan perhatikan gejala kanker prostat yang umum untuk menerima diagnosis dan pengobatan segera

Menurut American Cancer Society, kanker prostat kebanyakan terjadi pada pria yang lebih tua, dengan usia rata-rata diagnosis sekitar 66 tahun.


7. Skizofrenia

Skizofrenia adalah gangguan otak parah yang mempengaruhi sekitar 24 juta orang atau 1 dari 300 orang (0,32 persen) di seluruh dunia, menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO). 

Gejalanya, yang biasanya muncul antara usia 16 dan 30 tahun, meliputi halusinasi, ucapan yang tidak koheren, menarik diri dari orang lain, dan kesulitan memusatkan perhatian atau memperhatikan.

Menurut laporan dalam Journal of Clinical Endocrinology and Metabolism tahun 2014, orang yang kekurangan vitamin D mungkin dua kali lebih mungkin didiagnosis skizofrenia dibandingkan dengan orang dengan kadar vitamin D yang cukup.

Para peneliti meninjau temuan dari 19 studi observasional yang menganalisis kemungkinan hubungan antara skizofrenia dan defisiensi vitamin D, dan mengamati hubungan antara kedua faktor tersebut.

Sementara para peneliti mencatat uji coba terkontrol secara acak akan diperlukan untuk menentukan apakah pengobatan untuk vitamin D rendah dapat membantu mencegah skizofrenia, mereka menjelaskan bahwa kondisi tersebut lebih umum terjadi di tempat-tempat dengan garis lintang tinggi dan iklim dingin, dan penelitian menunjukkan bahwa anak-anak yang pindah ke iklim yang lebih dingin tampaknya berisiko lebih tinggi terkena kondisi tersebut dibandingkan dengan orang tua mereka.

Skizofrenia tidak ada obatnya. Namun, pengobatan, terapi psikososial, terapi perilaku kognitif, dan pendidikan keluarga serta kelompok pendukung bisa berdampak besar pada perawatan.


8. Depresi

Kekurangan vitamin D dapat dikaitkan dengan risiko depresi yang lebih tinggi. Status vitamin D juga terkait dengan suasana hati yang baik (maupun buruk). Ada bukti penelitian yang menunjukkan hubungan antara suasana hati dan kadar vitamin D, yang mana kadar vitamin D yang kurang berhubungan dengan depresi.

Studi dalam Journal of Diabetes Research tahun 2017 menemukan bahwa suplementasi vitamin D membantu meningkatkan suasana hati perempuan dengan diabetes tipe 2. Mereka diberikan vitamin D dosis tinggi (50.000 IU setiap minggu) selama enam bulan. Ditemukan penurunan signifikan pada depresi dan kecemasan serta peningkatan kesehatan mental.

Sebuah metaanalisis dalam jurnal Nutrients tahun 2014 menemukan bahwa suplemen vitamin D dalam beberapa kasus mungkin sama efektifnya dengan obat antidepresan. Namun, lebih banyak penelitian diperlukan.

Kalau kamu memiliki gejala depresi (perasaan hampa atau putus asa, lekas marah, kelelahan, perubahan nafsu makan, dan pikiran bunuh diri), sebaiknya temui dokter. Vitamin D yang rendah dapat berperan. Kamu bisa meminta dokter untuk memeriksa kadar vitamin D untuk melihat apakah defisiensi dapat berkontribusi pada gejala yang dirasakan.


9. Osteoporosis

Dilansir Harvard Medical School, salah satu peran utama vitamin D adalah menjaga kesehatan tulang. Kadar vitamin D yang rendah menyebabkan simpanan kalsium tulang rendah, meningkatkan risiko patah tulang.

Dengan demikian, kekurangan vitamin D dapat membuat orang berisiko terkena osteoporosis, yang terjadi ketika tulang baru tidak dihasilkan dengan kecepatan yang sama dengan hilangnya tulang lama.

Vitamin D berperan besar dalam kesehatan tulang termasuk osteoporosis. Kadar vitamin D yang rendah menurunkan penyerapan kalsium,Agen Domino99 Dan Poker Terpecaya dan penyerapan kalsium penting untuk kesehatan tulang.

Untuk orang sehat yang mungkin tidak menderita osteoporosis, masih belum jelas apakah suplemen vitamin D dapat membantu. Studi dalam Journal of American Medical Association tahun 2019 menemukan bahwa di antara orang sehat, suplemen vitamin D tidak meningkatkan kesehatan tulang.


10. Penyakit pernapasan

Penelitian telah menunjukkan bahwa vitamin D dapat membantu melindungi kita dari penyakit pernapasan.

Sebagai contoh, sebuah penelitian dalam jurnal BMJ tahun 2017 melihat data dari 25 uji klinis yang meneliti dampak vitamin D terhadap infeksi pernapasan, termasuk pneumonia, bronkitis, dan sinusitis.

Dari 11.321 peserta studi, para peneliti menemukan bahwa orang yang mengonsumsi vitamin D 12 persen lebih kecil kemungkinannya untuk mengembangkan penyakit pernapasan dibandingkan dengan orang yang tidak mengonsumsinya.

Namun, studi tersebut memiliki keterbatasan. Misanya, para peneliti tidak punya data tentang siapa, di antara peserta studi, yang telah mendapatkan vaksinasi flu, yang mungkin memengaruhi risiko penyakit pernapasan.

Mengenai peran vitamin D dalam pencegahan maupun perawatan flu, hasil studinya beragam. Contoh, studi dalam jurnal Nutrients tahun 2018 menemukan bahwa konsumsi vitamin D tidak membuat vaksin flu menjadi lebih efektif. Sementara itu, studi sebelumnya dalam The American Journal of Clinical Nutrition tahun 2010 menemukan bahwa anak usia sekolah yang mengonsumsi vitamin D, dibandingkan dengan plasebo, 42 persen lebih kecil kemungkinannya terkena flu.

Masih terlalu dini untuk menarik hubungan yang jelas antara kekurangan vitamin D dan COVID-19. Namun, ada penelitian yang menunjukkan bahwa negara dengan prevalensi kekurangan vitamin D yang tinggi memiliki tingkat kematian akibat COVID-19 yang lebih tinggi. Ini merujuk pada temuan studi dalam jurnal Aging Clinical and Experimental Research tahun 2020.

Akan tetapi, penelitian tersebut tidak mengukur kadar vitamin D individu pasien atau tingkat keparahan gejala COVID-19 mereka.

Namun, hubungan antara keduanya potensial. Vitamin D berperan dalam sistem kekebalan tubuh dan kemampuan tubuh untuk melawan infeksi. Kemudian, ada reseptor vitamin D pada sel kekebalan dan kekurangan vitamin D meningkatkan kerentanan kita terhadap infeksi. Jadi, kekurangan vitamin D mungkin meningkatkan risiko infeksi COVID-19, tetapi belum ada penelitian khusus untuk membuat kesimpulan pasti.

Kekurangan vitamin D adalah masalah umum. Namun, kebanyakan orang tidak memiliki gejala atau tidak mengetahui bahwa levelnya dalam tubuh rendah.

Seiring waktu, kekurangan vitamin D dapat meningkatkan risiko beberapa kondisi kesehatan. Dokter dapat membantu mengetahui jumlah vitamin D dalam tubuh mengembangkan rencana untuk meningkatkannya jika diperlukan. Ini dapat membantu menurunkan risiko penyakit dan meningkatkan kesehatan fisik dan mental dalam jangka panjang.hidupsehat

~ Jayasahabt.net ~

Komentar

Postingan populer dari blog ini

5 Efek Begadang pada Wajah, Salah Satunya Bikin Keriput

5 Makanan yang Gak Boleh Dikonsumsi Bareng Kopi, Kenapa?

6 Manfaat Buah Duku untuk Ibu Hamil