Bisa Membunuh Perlahan, Ini dia 14 Penyakit akibat Polusi Udara

 Polusi udara menyebabkan atau berkontribusi pada berbagai kondisi kesehatan. Efek polusi udara terhadap kesehatan dapat berkisar dari kesulitan bernapas ringan hingga masalah kardiovaskular, termasuk penyakit jantung dan stroke.

Gas dan partikel berbahaya di udara berasal dari berbagai sumber, termasuk asap knalpot kendaraan, asap dari pembakaran batu bara atau gas, dan asap tembakau.

Tingkat polusi udara tetap sangat tinggi di banyak bagian dunia. Indonesia contohnya. Data dari Badan Kesehatan Dunia (WHO) tahun 2018 menunjukkan bahwa 9 dari 10 orang menghirup udara yang mengandung polutan tingkat tinggi. Estimasi mengungkapkan angka kematian yang mengkhawatirkan, yaitu sebanyak 7 juta orang setiap tahunnya, yang disebabkan oleh polusi udara ambien (luar ruangan) dan rumah tangga.klik

Polusi udara terdiri dari partikel-partikel kecil yang bisa alami atau buatan. Polutan dalam maupun luar ruangan dapat memengaruhi kesehatan.


Polusi udara luar ruangan terdiri dari:

- Partikel dan pembakaran batu bara dan gas.

- Gas berbahaya, seperti nitrogen oksida atau sulfur dioksida.

- Asap tembakau.

- Ozon permukaan tanah.

Pencemaran udara dalam ruangan terdiri dari:

- Bahan kimia rumah tangga.

- Gas berbahaya, seperti karbon monoksida atau radon.

- Bahan bangunan, seperti timah atau asbes.

- Serbuk sari.

- Kapang (mold).

- Asap tembakau.

Menurut WHO, polutan yang menimbulkan risiko tertinggi bagi kesehatan kita adalah:


Partikulat (polutan partikel), yang terdiri dari padatan tersuspensi dan tetesan cairan, seperti PM10 dan PM2.5.

- Nitrogen dioksida.

- Sulfur dioksida.

- Ozon.

- Berikut ini daftar penyakit yang bisa disebabkan oleh polusi udara.


1. Asma

Beberapa polusi bisa dilihat, seperti asap. Beberapa tidak bisa, seperti karbon monoksida. Polusi udara adalah gas atau partikel apa pun yang ada di udara, tetapi bukan merupakan bagian alami darinya.

Dilansir WebMD, dua polutan utama dapat memengaruhi orang dengan asma. Ozon adalah gas yang membuat kabut asap. Ini dapat memengaruhi cara seseorang bernapas. Partikel kecil seperti debu atau asap dapat tersangkut di paru-paru. Mereka dapat merusak paru-paru dan menyebabkan orang dengan asma mengalami lebih banyak serangan.


2. Kanker paru-paru

Menurut studi dalam jurnal Nature tahun 2023, para peneliti dari Francis Crick Institute and UCL telah mengungkapkan bagaimana polusi udara dapat menyebabkan kanker paru-paru pada orang yang tidak pernah merokok.

Penelitian menemukan bahwa paparan partikel (PM2.5) di udara mendorong pertumbuhan sel di paru-paru yang membawa mutasi penyebab kanker.

Memeriksa data dari lebih dari 400.000 orang,SahabatQQ para ilmuwan juga menemukan tingkat yang lebih tinggi dari jenis kanker lain di daerah dengan tingkat PM2.5 yang tinggi.

Menurut studi yang dipresentasikan Berg et al., dalam Presidential Symposium Plenary Session at the International Association for the Study of Lung Cancer (IASLC) 2021 World Conference on Lung Cancer, meskipun asap tembakau jelas merupakan penyebab utama kanker paru-paru, tetapi sebuah analisis menemukan bahwa di seluruh dunia, polusi udara menyumbang 14 persen dari kanker paru-paru.


3. Penyakit paru obstruktif kronis

Bronkitis kronis dan emfisema adalah kondisi umum yang menyebabkan penyakit paru obstruktif kronis (PPOK). Kondisi ini menghalangi aliran udara di paru-paru.

Paparan jangka panjang terhadap gas, partikel, atau asap adalah penyebab utamanya. Penelitian telah menunjukkan bahwa PPOK lebih sering terjadi di daerah dengan polusi udara yang tinggi.

Kalau kamu didiagnosis dengan PPOK, kamu mungkin merasa lebih sulit bernapas saat tingkat polusi udara tinggi. Kasus serius dapat berarti kunjungan ke rumah sakit atau bahkan kematian.


4. Leukemia

Berdasarkan penelitian dalam jurnal Environment International tahun 2022, paparan polusi udara terkait lalu lintas dapat dikaitkan dengan peningkatan risiko leukemia pada masa kanak-kanak (usia di bawah 16 tahun). 

Ada pula studi di Iran yang menunjukkan bahwa dari 22 distrik, distrik dengan polusi udara yang lebih tinggi (nitrogen oksida dan multipolutan) memiliki tingkat kejadian leukemia yang lebih tinggi di Teheran, Iran. Penelitian ini diterbitkan dalam jurnal BMJ Open tahun 2022. Namun, masih butuh penelitian lebih lanjut dengan data individu manusia dan kontrol pembaur yang lebih baik. 


5. Pneumonia

Nitrogen oksida dan sulfur dioksida dalam polusi udara meningkatkan risiko kita terkena pneumonia. Gejalanya bisa meliputi nyeri dada, batuk, kelelahan, sesak napas, dan demam. Lansia atau orang-orang yang memiliki penyakit kronis mungkin tidak mengalami demam.

Anak-anak dan lansia sangat berisiko. Pneumonia adalah penyebab utama kematian anak di seluruh dunia. Orang dewasa yang lebih tua sangat mungkin menghabiskan waktu di rumah sakit karena pneumonia setelah terpapar polusi udara dalam jangka panjang.


6. Risiko pada bayi baru lahir

Berikut ini beberapa risiko polusi udara terhadap bayi baru lahir:

State of Global Air melaporkan hampir 500.000 bayi baru lahir meninggal dalam bulan pertama kehidupan karena cacat kesehatan terkait polusi udara pada tahun 2019.

Sebuah studi yang diterbitkan oleh International Journal of Women's Health tahun 2020 menemukan bahwa paparan polusi udara menyebabkan berat kelahiran bayi rendah. 

Sebuah analisis dalam jurnal PLOS Medicine menemukan hubungan antara polusi udara dan kelahiran prematur, menunjukkan 6 juta kelahiran prematur dan 3 juta bayi kurus mungkin disebabkan oleh polusi udara pada tahun 2019.

Paparan polusi udara pada ibu terkait dengan peningkatan risiko penyakit jantung pada bayi. Sebuah studi dalam jurnal Circulation tahun 2023 mengamati paparan materi partikulat (partikel cairan atau padat yang ditemukan di udara) di China selama perikonsepsi (jangka waktu tiga bulan sebelum konsepsi hingga tiga bulan setelah kehamilan) dan hubungan antara penyakit jantung bawaan, dan menemukan makin banyak ibu terpapar partikel, makin tinggi kemungkinan bayi terkena penyakit jantung bawaan.


7. Pembengkakan dan iritasi jaringan paru-paru

Bahkan orang dengan paru-paru yang sehat pun rentan terhadap pembengkakan dan iritasi jaringan paru-paru. Bagi orang-orang yang hidup dengan penyakit paru-paru kronis, seperti asma dan PPOK, efek ini bisa sangat berbahaya, dilansir American Lung Association.


8. Penyakit kardiovaskular

Penelitian menunjukkan bahwa tinggal di daerah dengan tingkat polusi udara yang lebih tinggi dapat meningkatkan risiko kematian akibat stroke. Polusi udara dapat memicu stroke dan serangan jantung.

Sebuah tinjauan ilmiah dalam Journal of Stroke tahun 2018 mencatat bahwa Global Burden of Disease Study memperkirakan polusi udara bertanggung jawab atas 19 persen kematian kardiovaskular pada tahun 2015. Itu juga penyebab sekitar 21 persen kematian akibat stroke dan 24 persen kematian akibat penyakit jantung koroner.


9. Kematian dini

Menghirup udara yang tercemar bahkan untuk waktu yang singkat dapat mempersingkat masa hidup, dilansir WebMD. Lebih dari 4 juta orang di seluruh dunia meninggal karena kematian dini setiap tahun akibat polusi udara di luar ruangan.

Kematian tersebut terutama disebabkan oleh stroke, penyakit jantung, kanker paru-paru, PPOK, dan infeksi pernapasan.

Komponen polusi udara yang paling mematikan adalah ozon, nitrogen dioksida, dan sulfur dioksida.


10. Keguguran

Ozon dan partikel dalam polusi udara mungkin berperan dalam keguguran pada paruh pertama kehamilan. Para peneliti tidak yakin bagaimana tepatnya, tetapi mereka berpikir itu mungkin karena peradangan di sekitar plasenta.

Sebuah studi yang mengamati polusi udara terkait lalu lintas di Amerika Serikat dan Israel mengaitkannya dengan keguguran antara minggu ke-10 dan ke-20 kehamilan.


11. Kondisi autoimun

Ini adalah kondisi saat sistem kekebalan menyerang tubuh sendiri. Ini biasanya merusak jaringan dan dapat menyebabkan peradangan di sekitar jantung dan paru-paru. Para peneliti menduga bahwa polusi udara memicu respons kekebalan di paru-paru yang mungkin memicu kondisi autoimun tertentu.

Para peneliti tidak tahu persis cara kerjanya, tetapi partikel dari polusi udara masuk ke dalam paru-paru dan memicu respons serangan.


12. Kondisi mental

Walaupun kurang dipahami dengan baik, tetapi ada bukti kuat bahwa polusi udara juga berdampak pada kesehatan mental. 

Studi dalam jurnal PLOS Biology tahun 2019, paparan polusi udara secara signifikan terkait dengan peningkatan risiko gangguan kejiwaan, termasuk depresi, skizofrenia, gangguan bipolar, dan gangguan kepribadian. Namun, bagaimana pengaruhnya terhadap kesehatan mental tidak dipahami dengan baik. Para peneliti menduga adanya mekanisme peradangan saraf yang menghubungkan polusi udara dan konsekuensi kejiwaan.

Tinjauan dari 100 penelitian dalam jurnal NeuroToxicology tahun 2022 mengamati efek polusi udara luar ruangan terhadap kesehatan mental dan bagian otak yang mengatur emosi, dengan fokus pada hipokampus, amigdala, dan korteks prefrontal. Para peneliti menemukan bahwa 73 persen penelitian melaporkan gejala dan perilaku kesehatan mental yang lebih tinggi pada manusia dan hewan setelah terpapar tingkat polusi udara yang lebih tinggi dari rata-rata. Para penulis mengatakan bahwa orang yang menghirup udara yang tercemar mengalami perubahan dalam wilayah otak yang mengendalikan emosi. Akibatnya, mereka mungkin lebih mungkin mengembangkan kecemasan dan depresi daripada mereka yang menghirup udara lebih bersih.

Studi dari Harvard tahun 2023 menambah bukti yang menghubungkan paparan polusi udara (PM2.5, nitrogen oksida, dan nitrogen dioksida) dengan peningkatan risiko demensia.

Sebuah penelitian mengamati dampak potensial pada anak-anak dan remaja yang mungkin sangat rentan karena mereka mengalami periode kritis perkembangan otak. Sebuah studi menemukan bukti bahwa polusi udara dikaitkan dengan peningkatan risiko gejala depresi dan perilaku bunuh diri. Para peneliti juga menemukan, melalui studi neuroimaging, bukti terkait perubahan struktural dan fungsional di otak. Temuan ini diterbitkan dalam Journal of Affective Disorders tahun 2023.

Paparan polusi udara juga dapat memperburuk kondisi kesehatan mental yang ada di antara anak-anak. Studi dalam jurnal Environmental Health Perspectives tahun 2019 menemukan hubungan antara paparan jangka pendek terhadap peningkatan tingkat polusi udara dan peningkatan kunjungan ke ruang gawat darurat psikiatri di kalangan anak-anak.


13. Masalah pembelajaran dan memori

Penelitian telah menunjukkan bahwa polusi udara dapat memiliki efek berbahaya pada otak. Polusi udara terkait lalu lintas dapat memperlambat perkembangan otak dan perilaku bayi.

Pada lansia, hal itu meningkatkan kemungkinan demensia. Penelitian telah menunjukkan bahwa polusi udara terkait lalu lintas dapat menargetkan bagian otak, termasuk materi abu-abu, materi putih, dan ganglia basal. Perubahan-perubahan pada otak akibat polusi udara diduga memengaruhi perkembangan otak, dilansir WebMD.


14. Iritasi mata dan hidung

Polusi udara luar ruangan dapat menyebabkan sejumlah masalah kesehatan. Begitu pula dengan polusi yang ditemukan di dalam ruangan.

Dinding yang baru dicat dapat mengeluarkan asap dan senyawa organik yang mudah menguap (VOC) yang mengiritasi mata dan hidung.

Furnitur atau karpet baru mungkin memiliki bahan kimia berbau tajam yang dapat membuat kamu sakit kepala atau pusing.

Bahan kimia dalam produk pembersih juga bisa menjadi penyebab.

Sistem pemanas atau pendingin mendaur ulang ini di udara rumah. Lindungi diri kamu dan keluarga dengan memastikan tempat tinggal berventilasi baik.

Orang-orang yang berisiko

Beban kesehatan dari polusi udara tidak merata. Beberapa orang lebih berisiko terkena penyakit dan kematian akibat polusi udara daripada yang lain.Agen Domino99 Dan Poker Terpecaya Beberapa faktor kunci memngaruhi tingkat risiko individu. Menurut American Lung Association, ini dapat meliputi:

Paparan: Di mana seseorang tinggal, bersekolah, dan tempat bekerja membuat perbedaan besar dalam seberapa banyak polusi udara yang dihirup. Secara umum, makin tinggi paparannya, makin besar risiko bahayanya.

Kerentanan: Individu yang sedang hamil dan janinnya, anak-anak, lansia, dan orang yang hidup dengan kondisi kronis, terutama penyakit jantung dan paru-paru, mungkin secara fisik lebih rentan terhadap dampak kesehatan dari polusi udara dibandingkan dengan orang dewasa lainnya.

Akses ke layanan kesehatan: Apakah seseorang mampu secara finansial, memiliki asuransi, penyedia layanan kesehatan, dan akses ke informasi kesehatan yang sesuai secara bahasa dan budaya dapat memengaruhi status kesehatan secara keseluruhan dan bagaimana mereka terdampak oleh stresor lingkungan seperti polusi udara.

Stres psikososial: Ada makin banyak bukti bahwa stresor non fisik seperti kemiskinan, diskriminasi ras/etnis, dan ketakutan akan deportasi dapat memperkuat efek berbahaya dari polusi udara.

Efek polusi udara bagi kesehatan bervariasi dari orang ke orang. Orang dewasa sehat yang terpapar polutan udara dalam waktu singkat atau dengan dosis rendah mungkin tidak akan mengalami masalah jangka panjang. Namun, beda halnya untuk orang dengan kondisi jantung atau pernapasan. Bagi orang-orang ini, bahkan dosis kecil atau paparan singkat dapat memperburuk gejala.

Paparan yang lebih lama atau dosis yang lebih tinggi dapat menyebabkan penyakit serius. Dalam beberapa kasus, bahkan dapat menyebabkan kematian. Anak-anak dan lansia lebih mungkin terkena dampak polusi udara daripada yang lain. Efeknya pada kesehatan bisa terasa bahkan pada tingkat polusi yang lebih rendah.

Karena polusi udara dapat mengancam kesehatan siapa pun, jadi pantau terus Indeks Kualitas Udara (AQI) di wilayah kamu tinggal dan beraktivitas. Pada hari-hari ketika kualitas udara berwarna jingga, merah, ungu, atau merah marun:

Kurangi waktu di luar ruangan hingga di bawah 30 menit saat AQI tinggi. Selain itu, kurangi intensitas aktivitas di luar ruangan. Kemungkinan terkena tingkat polusi udara yang tidak sehat meningkat makin lama kamuaktif di luar ruangan dan makin berat aktivitasnya.

Kalau harus pergi ke area outdoor, pakai masker. Tidak semua masker dibuat sama dalam hal polusi partikel karena masker kain atau debu tidak mampu menyaring partikel halus. Namun, masker N95 atau KN95 yang dipasang dengan baik memiliki kemampuan filtrasi yang lebih baik dan mungkin bermanfaat selama hari-hari AQI tinggi.

Jaga kesehatan udara di dalam ruangan dengan menutup jendela dan pintu. Nyalakan AC pada pengaturan resirkulasi, gunakan pembersih udara HEPA portabel atau, dalam keadaan parah (misalnya terpapar asap kebakaran hutan), buat ruangan bersih (tempat kamu melakukan upaya khusus untuk mengurangi jumlah asap api yang merembes ke rumah, dan di mana kamu dapat menghabiskan sebagian besar waktu selama peringatan asap).hidupsehat

Komentar

Postingan populer dari blog ini

5 Efek Begadang pada Wajah, Salah Satunya Bikin Keriput

5 Makanan yang Gak Boleh Dikonsumsi Bareng Kopi, Kenapa?

6 Manfaat Buah Duku untuk Ibu Hamil