Olahraga untuk Anak, Sesuaikan dengan Tahap Tumbuh Kembangnya


 Tak jauh berbeda dengan orang dewasa, anak-anak juga butuh berolahraga secara teratur. Jenis dan intensitasnya mungkin berbeda, tetapi tujuannya sama, yaitu menyehatkan fisik dan emosional. Namun, tidak semua orang tua menyadari betapa pentingnya olahraga bagi anak.

Atas dasar itu, Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) mengadakan virtual media briefing dengan tema “Peran Olahraga untuk Tumbuh Kembang Anak secara Optimal serta Manfaat dan Cara Memilihnya” pada Jumat (22/12/2023).klik

Pembicara yang dihadirkan ialah Prof. Dr. dr. Rini Sekartini, SpA(K) selaku guru besar Departemen Ilmu Kesehatan Anak, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, dan Dr. dr. Listya Tresnanti Mirtha, SpKO, Subsp.APK(K) selaku dokter spesialis kedokteran olahraga. Berikut rangkumannya!


1. Untuk bayi berusia di bawah satu tahun, latih motorik kasarnya

Pada bayi di bawah usia 1 tahun, orang tua bisa mulai mengajarkan aktivitas fisik yang membantu melatih motorik kasarnya. Dilansir Kid Sense Child Development, motorik kasar adalah keterampilan yang melibatkan otot-otot besar di lengan, kaki, dan batang tubuh untuk melakukan aktivitas fisik sehari-hari.

Contoh keterampilan motorik kasar pada bayi berusia 0–3 bulan adalah:

  • Melakukan gerakan menendang sambil berbaring telentang.
  • Membuka dan menutup telapak tangan.
  • Mengangkat kepala saat tengkurap (tummy time).
  • Mendekatkan tangan ke mulut sambil berbaring.

Sementara, ketika usianya menginjak 3–6 bulan, ini yang akan terjadi:

  • Berguling dari perut ke punggung, dan sebaliknya.
  • Memindahkan benda dari satu tangan ke tangan yang lain.
  • Mendekatkan kaki ke mulut saat berbaring telentang.
  • Duduk (dengan bantuan).

Keterampilan motorik kasar pada bayi berusia 6–9 bulan umumnya adalah:

  • Koordinasi antara dua tangan mulai terlihat, mungkin bisa bertepuk tangan atau membenturkan dua benda secara bersamaan.
  • Mulai bisa merangkak.

Terakhir, pada usia 9–12 bulan, ini yang akan mereka kuasai:

  • Bisa duduk sendiri tanpa bantuan.
  • Mulai belajar berdiri dengan memegang furnitur atau dinding sebagai ancang-ancang.
  • Mulai berjalan, dengan atau tanpa bantuan.


2. Pada usia 1–4 tahun, ajak anak berlari, melompat, atau memanjat

Saat mencapai usia 1–4 tahun, anak sedang aktif-aktifnya bergerak.SahabatQQ Energinya seakan tidak ada habisnya. Bentuk aktivitas fisik pada usia 1–4 tahun adalah berjalan, berlari, melompat, bersepeda roda tiga, melempar dan menangkap, serta memanjat.

Menurut Prof. Rini, olahraga diperlukan untuk memperkuat keterampilan motorik kasar dan halus (disebut juga sebagai koordinasi tangan-mata), keseimbangan, dan ritme gerak fisik. Pada usia ini, anak harus beraktivitas fisik minimal 180 menit atau tiga jam per hari.


3. Di usia 5–10 tahun, anak bisa mencoba berbagai jenis olahraga

Menginjak usia 5–10 tahun, anak sudah lebih lincah dan bisa mencoba berbagai jenis olahraga. Misalnya, bola basket bisa diajarkan sejak anak berusia 5–6 tahun karena di usia ini rata-rata sudah bisa mendribel bola dan mengerti tentang kerja sama tim.

Selain itu, kemampuan berkonsentrasi untuk jangka waktu yang lama, rentang perhatian, dan penglihatan mereka juga mengalami peningkatan. Mereka juga mulai bisa mengikuti instruksi. Ini adalah usia yang tepat untuk mengikutkan anak ke klub olahraga yang ia minati.


4. Pada usia 11–21 tahun, olahraga bisa menjadi cara untuk menjaga kesehatan mental

Banyak hal yang bisa membuat remaja stres, mulai dari tugas sekolah, konflik dengan teman, keluarga, atau pasangan, mengalami perundungan (bullying), dan sebagainya. Dengan berolahraga, endorfin dilepaskan dan membanjiri tubuh.

Ini adalah hormon yang membantu menghilangkan rasa sakit, mengurangi stres, dan menimbulkan perasaan senang. Selain itu,Agen Domino99 Dan Poker Terpecaya juga meningkatkan rasa percaya diri dan kebanggaan karena membantu membentuk identitas mereka dan membedakan mereka dengan teman sebayanya, mengutip Evolve Adolescent Behavioral Health.

Remaja juga sangat memperhatikan citra diri. Tidak sedikit yang merasa insecure dengan fisiknya. Prof. Rini menganjurkan remaja untuk berolahraga jika ingin membentuk dan meningkatkan kekuatan otot serta mengurangi massa lemak.


5. Jangan lupa lakukan langkah preventif untuk mencegah cedera

Tentunya, orang tua tidak ingin anaknya mengalami cedera saat berolahraga. Umumnya, cedera terjadi karena trauma (seperti jatuh atau benturan dengan atlet lain) dan latihan berlebihan. Cedera bisa dicegah dengan:

  • Melakukan pemanasan sebelum olahraga dan pendinginan setelahnya.
  • Menggunakan pelindung, seperti helm, sepatu, bantalan siku atau tulang kering, hingga kacamata khusus.
  • Gunakan teknik dan gerakan yang tepat.
  • Batasi waktu untuk olahraga yang membutuhkan gerakan yang sama secara berulang-ulang.
  • Minum air dan istirahat yang cukup serta mengonsumsi makanan yang bergizi (terutama protein untuk memperbaiki dan membangun otot).hidupsehat

Komentar

Postingan populer dari blog ini

5 Efek Begadang pada Wajah, Salah Satunya Bikin Keriput

5 Makanan yang Gak Boleh Dikonsumsi Bareng Kopi, Kenapa?

6 Manfaat Buah Duku untuk Ibu Hamil