Kenapa Waktu Minum Obat Bisa Berbeda-beda? Ini Alasannya
DokterSehat - Masing-masing obat memiliki karakteristik, termasuk waktu penggunaannya. Ada obat yang harus diminum pada pagi hari, ada pula yang dikonsumsi pada malam hari. Mayoritas obat diminum setelah makan, tetapi ada juga yang aturan minumnya adalah sebelum makan, atau saat makan.
SahabatQQ: Agen DominoQQ Agen Domino99 dan Poker Online Aman dan Terpercaya
Apa alasannya waktu minum obat bisa berbeda-beda? Apakah karena obat tidak memberikan efek ketika waktu penggunaan tidak tepat atau malah berbahaya? Simak penjelasannya di bawah ini.
1. Indikasi atau efek yang ingin ditimbulkan dari suatu penggunaan obat hanya efektif pada waktu tertentu
Contoh obat yang waktu penggunaannya sangat berpengaruh pada indikasi yang diinginkan dari obat tersebut adalah obat-obatan kolesterol atau hiperlipidemia.
Menurut sebuah laporan berjudul “Peran Growth Hormone Terhadap Metabolisme Lipid” yang diterbitkan jurnal MEDICINA tahun 2012, obat-obatan untuk penyakit yang ditandai dengan tingginya kadar kolesterol dalam darah ini umumnya digunakan pada malam hari. Ini karena pelepasan kolesterol dalam tubuh terjadi pada malam hari.
Menurut Pusat Informasi Obat Nasional, Badan Pengawas Obat dan Makanan (PIO Nas BPOM), obat antikolesterol yang harus dikonsumsi pada malam hari adalah simvastatin dan lovastatin.
2. Menghindari efek samping
Efek samping yang muncul jika obat tidak digunakan pada waktu yang tepat sangat bervariasi, khususnya karena karakteristik obat itu sendiri.
Salah satu alasannya adanya efek samping mengantuk. Menurut sebuah artikel di laman resmi FDA, obat-obatan demikian dianjurkan diminum pada siang hari. Selain dapat menghindari risiko kecelakaan ketika mengendarai kendaraan pada siang hari, alasan lainnya juga untuk meningkatkan kualitas hidup pasien karena bisa istirahat lebih nyenyak. Obat-obatan yang dimaksud biasanya adalah obat penenang, sebagian obat alergi, termasuk obat pilek.
Selain efek mengantuk, ada beberapa jenis obat antidiabetes yang harus digunakan sekitar satu sampai setengah jam sebelum makan. Tujuannya agar onset of action atau waktu yang dibutuhkan untuk obat dapat menurunkan kadar gula dalam darah tepat. Makanya, obat diminum saat makan atau segera setelah makan.
Menurut PIO Nas BPOM lewat laman resminya, obat antidiabetes golongan sulfonilurea pemberiannya bisa berpotensi bahaya jika terlampau jauh jaraknya dengan makan. Pasalnya, ada risiko hipoglikemia atau kadar gula dalam darah rendah, sehingga pasien bisa berkunang-kunang, pusing, tidak sadarkan diri, bahkan meninggal dunia.
Selain kedua hal di atas, ada beberapa hal lain yang menyebabkan waktu pemberian obat diatur sedemikian rupa agar menghindari efek samping, contohnya obat diuretik seperti hidroklortiazid, risendronat yang harus dikonsumsi pada pagi hari, serta obat-obatan yang memiliki efek meningkatkan kadar asam lambung diberikan sesudah makan seperti asam mefenamat.SahabatQQ
3. Interaksi obat dengan makanan, minuman, atau obat lainnya
Menurut DrugBank, ada beberapa obat yang bisa berinteraksi dengan makanan, misalnya captopril dan ampisilin. Penggunaan obat tersebut bersama dengan makanan akan memengaruhi kemampuan absorbsi atau penyerapannya. Oleh karena itu, obat-obatan tersebut digunakan sebelum makan.
Selain makanan, ada juga beberapa obat yang berinteraksi dengan minuman. Jus anggur merupakan minuman yang paling sering menimbulkan interaksi dengan obat.
Menurut keterangan dari FDA, obat seperti simvastatin, atorvastatin, nifedipin, dan siklosporin memiliki interaksi dengan jus anggur. Selain itu, susu juga menimbulkan interaksi dengan beberapa antibiotik, seperti yang dimuat dalam laporan berjudul "Food-Drug Interaction" di Oman Medical Jurnal tahun 2011.
Seperti halnya makanan dan minuman, antar obat sendiri ada yang tidak boleh diberikan secara bersamaan karena menimbulkan interaksi. Interaksi ini dapat berupa kerja sinergis, sehingga dosis yang diterima pasien lebih besar, atau interaksi yang menyebabkan salah satu atau kedua obat mengalami penurunan kadar.
4. Waktu paruh obat
Waktu paruh obat adalah waktu yang dibutuhkan dari konsentrasi atau jumlah obat dalam tubuh tereduksi menjadi separuhnya. Hal ini berkaitan dengan kadar dalam plasma. Semakin cepat suatu obat tereduksi dari plasma, semakin kecil waktu paruhnya.
Ada beberapa obat yang memiliki waktu paruh sangat panjang, sehingga cukup diberikan sekali sehari. Namun, ada juga obat-obatan yang memiliki waktu paruh pendek, sehingga harus diberikan beberapa kali dalam sehari.
Salah satu contohnya adalah antibiotik golongan florokuinolon. Menurut dua laporan berbeda dalam jurnal Clinical Pharmacokinetics yang terbit tahun 1990 dan 1997, siprofloksasin yang merupakan golongan florokuinolon yang "lahir" terlebih dulu memiliki waktu paruh hanya sekitar 3-4 jam sehari. Sementara itu, levofloksasin yang diciptakan setelahnya memiliki waktu paruh 6-8 delapan jam.
5. Bentuk sediaan obat
Umumnya hal ini terjadi pada obat-obatan non konvensional, misal tablet lepas lambat. Meskipun secara umum bentuk obat ini sama dengan tablet konvensional lainnnya, tetapi penggunaan obat ini berbeda.
Bila tablet konvensional dalam sehari bisa dikonsumsi lebih dari sekali, tablet lepas lambat bisa diatur sedemikian rupa, sehingga dosis yang seharusnya lebih dari sekali dalam sehari bisa dibuat dalam satu sediaan.
Akan tetapi, sediaan-sediaan itu akan dilepaskan sedikit demi sedikit pada tablet lepas lambat, sehingga kadarnya dalam darah terjaga. Keterangan ini tertera dalam sebuah laporan berjudul "Formulasi Tablet Lepas Lambat Dipiridamol dengan Sistem Mengapung" di jurnal MAKARA tahun 2011.Agen Domino99
6. Meningkatkan kepatuhan pasien
Selain faktor intrinsik dari sediaan farmasi, salah satu komponen yang perlu diperhatikan dalam upaya meningkatkan keberhasilan terapi adalah kepatuhan pasien. Sebaik apa pun bentuk sediaan obat, manfaatnya jadi tidak akan dirasakan jika pasien tidak patuh atau minum obat asal-asalan.
Misalnya, obat untuk tuberkulosis dibuat dalam bentuk satu sediaan fixed dose, agar pasien tidak perlu mengonsumsi banyak obat dan cukup sehari sekali. Tujuannya agar pasien bisa tertib mengonsumsi obat tersebut selama 3-6 bulan sesuai arahan dokter, sebagaimana dimuat di laman International Child Health Review Collaboration.
Selain itu, ada pula obat-obatan yang tidak harus digunakan dalam waktu tertentu, tetapi diatur agar rutin digunakan setiap hari dan kadar dalam darah stabil. Misalnya obat-obatan kontrasepsi oral.
Itulah alasan kenapa waktu minum obat bisa berbeda-beda. Pastikan kamu meminum obat sesuai dengan anjuran dari dokter, agar terhindar dari efek samping yang tidak diinginkan.
Komentar
Posting Komentar