Jumat, 12 Februari 2021

5 Cara Menghentikan Kebiasaan Merenung, Bisa Pertanda Sakit Mental

BlogSehat - Merenung bisa jadi cara untuk menenangkan diri, saat untuk menerima kegagalan, dan mengevaluasi diri. Namun, jika dilakukan secara berlebihan, tentu ini bukanlah hal yang baik. 

Melansir Healthline, merenung menjadi ajang otak berpikir secara berlebihan yang bisa disebabkan oleh pengalaman atau perasaan negatif. Biasanya, seseorang dengan riwayat trauma yang berat sering merenung. Sebagai contoh, orang dengan depresi yang tidak bisa berhenti untuk berpikir negatif dan akhirnya merusak pikirannya sendiri.

Kebiasaan merenung ini jika dibiarkan terlalu lama bisa membahayakan kesehatan mental, karena bisa memperpanjang atau bahkan memperparah depresi. Bukan hanya itu, kebiasaan ini juga dapat mengganggu kemampuan untuk berpikir dan memproses emosi. Jadi, tak menutup kemungkinan nantinya seseorang akan merasa terisolasi dan menjauhi orang lain.

Banyak, lho, masalah kesehatan mental yang ditandai dengan merenung berlebihan, seperti depresi, fobia, kecemasan, skizofrenia, dan gangguan stres pascatrauma (PTSD). Namun, tak menutup kemungkinan dalam beberapa kasus, perenungan terjadi begitu saja setelah adanya peristiwa traumatis tertentu, seperti hubungan yang gagal, perundungan (bullying), rasa tak percaya diri berlebihan.

Terus-terusan merenung bisa memperburuk gejala kondisi mental yang ada. Akan tetapi, selama mampu mengendalikan pikiran, gejala ini bisa terasa ringan, lebih relaks, dan bahagia. Karena itu, ayo belajar cara mengendalikan pikiran seperti yang dijelaskan di bawah ini.

1. Alihkan perhatian pada hal lain  

Ketika menyadari jika kamu mulai merenung, alihkan perhatian pada hal lain agar bisa memutuskan siklus pikiranmu.

Cobalah lihat sekelilingmu, adakah hal lain yang bisa dilakukan, dan jangan berpikir dua kali untuk segera melakukannya.

Sebagai contoh, kamu bisa menelepon teman atau keluarga, melakukan pekerjaan rumah, menggambar, menonton film, membaca buku, berjalan-jalan di sekitar lingkunganmu, atau hal lainnya yang bisa mengalihkan perhatianmu.

2. Olahraga 

Menurut sebuah studi yang dilaporkan dalam jurnal Frontiers in Psychology tahun 2018, satu sesi olahraga bisa mengurangi gejala merenung atau ruminasi pada pasien rawat inap dengan diagnosis gangguan mental.

Disebutkan bahwa 29 pasien rawat inap yang usia rata-ratanya adalah 38,8 tahun diminta mengisi kuesioner sebelum dan sesudah berolahraga. Mereka menyelesaikan kedua kuesioner dalam minggu yang sama perihal kondisi fisik dan psikologis mereka, seperti ruminasi, mood, interaksi sosial, fokus, dan kelelahan.

Dari situ, didapat hasil perkembangan ke arah positif, baik dari keadaan fisik dan psikologis mereka. Suasana hati, rasa lelah, dan keinginan untuk merenung terbukti berkurang drastis.SahabatQQ

3. Meditasi 

Meditasi bisa mengurangi keinginan untuk merenung karena mengharuskan kamu untuk berpikir lebih jernih, sehingga emosi yang berkecamuk dalam diri menjadi lebih tenang.

Ketika kamu merasa pikiranmu selalu berulang-ulang, carilah tempat yang tenang. Duduklah, tarik napas sedalam-dalam, dan fokuslah hanya pada pernapasan. Seiringnya waktu, meditasi akan membuat seseorang lebih memahami hubungan antara pikiran dan perasaan, sehingga dapat lebih mengendalikan pikiran.

4. Menikmati keindahan alam 

Ketika pikiran mulai terasa penat, tak ada salahnya kamu menepi dari kehidupan kota yang ingar bingar dan menikmati keindahan alam.

Menurut sebuah studi yang dilaporkan dalam jurnal Proceedings of The National Academy of Sciences of the United States of America (PNAS) tahun 2014, partisipan yang berjalan di alam selama 90 menit melaporkan bahwa berjalan-jalan di alam bebas membuat keinginan untuk merenung lebih sedikit bila dibandingkan berjalan-jalan di daerah perkotaaan.Agen Domino99

5. Lebih mencintai diri sendiri

Tak sedikit yang merasa jika merenung dihubungkan dengan ketidakpercayaan diri, merasa harga dirinya rendah, dan ketakutan akan penilaian dari orang lain.

Berdasarkan penelitian yang berjudul “Rumination Mediates the Prospective Effect of Low Self-Esteem on Depression: A Five-Wave Longitudinal Study” dalam jurnal Society for Personality and Social Psychology (SAGE) tahun 2012, sebanyak 663 subjek penelitian usia 16-62 tahun dinilai sebanyak 5 kali selama 8 bulan untuk memperlihatkan hubungan harga diri yang rendah dengan kebiasaan merenung.

Ternyata, dalam hasil penelitian tersebut, harga diri yang merendah membuat subjek penelitian lebih suka meratapi kehidupan mereka dengan merenung, bahkan mengarah kepada gangguan mental berupa depresi.

Jadi cintailah dirimu sendiri. Lakukanlah hal-hal positif yang meningkatkan kapabilitas diri, jujur pada dirimu sendiri, terima kenyataan jika ada yang tidak menyukaimu, tapi ada banyak orang yang mencintaimu.

Bagi sebagian orang, merenung adalah saat untuk lebih mengenal diri sendiri, sedangkan untuk yang lain, hal ini mengarah pada gejala kecemasan atau depresi. Dengan mengubah gaya hidup jadi lebih sehat, melakukan kegiatan yang positif, dan mencintai diri, kamu bisa terlepas dari keinginan untuk merenung. Namun, jika ini tetap menghantuimu, tak ada salahnya untuk konsultasi dengan profesional seperti psikolog atau psikiater.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Featured Post

3 Manfaat Leg Day untuk Pria, Bantu Stimulasi Hormon Pertumbuhan

  Hidupsehat - Dalam rutinitas kebugaran, banyak pria yang lebih fokus pada latihan untuk membentuk tubuh bagian atas, seperti dada, bahu, d...