Benarkah Nyamuk Wolbachia Menyebabkan Radang Otak?

SahabatQQ: Agen DominoQQ Agen Domino99 dan Poker Online Aman dan Terpercaya

 Nyamuk ber-Wolbachia menjadi inovasi dalam menurunkan kasus demam berdarah dengue (DBD) di Indonesia. Selain di Indonesia, teknologi nyamuk ber-Wolbachia juga telah diterapkan di berbagai negara, seperti Brazil dan Australia. 

Teknologi nyamuk ber-Wolbachia ini rencananya akan diperluas di beberapa kota, melihat keberhasilannya dalam menurunkan kasus DBD di Yogyakarta. Namun, rencana perluasanan penyebaran nyamuk ber-Wolbachia menimbulkan pro kontra di tengah masyarakat.klik

Sebagian pihak bahkan menyebutkan bahwa nyamuk ber-Wolbachia dapat menyebabkan radang otak Japanese encephalitis. Adanya isu tersebut tentu menimbulkan keresahan. Benarkah nyamuk Wolbachia menyebabkan radang otak? Berikut penjelasannya. 


1. Benarkah nyamuk ber-Wolbachia menyebabkan radang otak?

Beredar unggahan yang menyebut nyamuk ber-Wolbachia berbahaya karena dapat menyebabkan penyakit radang otak Japanese encephalitis. Informasi yang beredar juga mengaitkan nyamuk ber-Wolbachia dengan kematian anak di Kulonprogo akibat radang otak Japanese encephalitis. Laman Kementerian Komunikasi dan Informatika RI menyebut informasi tersebut termasuk hoaks.

Nyamuk ber-Wolbachia tidak ada kaitannya dengan penularan virus Japanese encephalitis. Peneliti dari Departemen Kebijakan dan Manajemen Kesehatan Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan Universitas Gadjah Mada (UGM) Adi Utarini mengatakan bahwa tidak ada kaitan antara radang otak Japanese encephalitis dengan teknologi Wolbachia pada nyamuk Aedes aegypti.SahabatQQ Japanese encephalitis merupakan penyakit yang ditularkan nyamuk Culex tritaeniorhynchus.


2. Japanese encephalitis ditularkan nyamuk Culex

Japanese encephalitis (JE) merupakan penyakit yang disebabkan infeksi virus Japanese Encephalitis. Virus ini banyak ditemukan pada hewan, seperti babi dan jenis burung tertentu. Virus tersebut kemudian ditularkan ke manusia melalui gigitan nyamuk spesies Culex, terutama Culex tritaeniorhynchus yang terinfeksi. Nyamuk Culex banyak dijumpai di persawahan dan area irigasi.

Laman Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) menyebutkan bahwa penyakit ini merupakan penyebab penyakit radang otak tersering di sebagian besar Asia dan sebagian Pasifik Barat, termasuk Indonesia. Penyakit JE merupakan penyakit yang sudah lama ada. Kasus pertama JE telah tercatat sejak 1871 di Jepang. JE dapat mengakibatkan masalah kesehatan yang serius, namun hal ini dapat dicegah dengan pemberian imunisasi.


3. DBD ditularkan nyamuk Aedes aegypti

Nyamuk Aedes aegypti merupakan vektor utama penyakit demam berdarah dengue. Selain dapat menularkan virus dengue, nyamuk Aedes aegypti juga dapat menularkan virus Zika, chikungunya, dan demam kuning. Nyamuk dapat membawa virus jika mengisap darah orang yang terinfeksi. Virus selanjutnya dapat menyebar ke orang lain melalui gigitan nyamuk yang sudah terinfeksi.

Nyamuk Aedes aegypti berasal dari Afrika dan kemudian menyebar ke wilayah tropis dan subtropis di seluruh dunia. DBD sudah menjadi masalah global sejak tahun 1960-an. Hampir setengah populasi dunia atau sekitar 4 miliar orang tinggal di wilayah yang berisiko terkena DBD.Agen Domino99 Dan Poker Terpecaya


4. Bakteri Wolbachia

Wolbachia merupakan bakteri alami yang ada di setengah spesies serangga, dan invertebrata lain seperti laba-laba dan nematoda. Bakteri ini pertama kali dijelaskan pada 1920, tetapi hanya ada sedikit penelitian yang dilakukan sampai tahun 1970-an. Dua ilmuan Amerika Serikat, Marshall Hertig dan S. Burt Wolbach menemukan bakteri pada nyamuk rumah Culex pipiens. Selanjutnya, Hertig menamai bakteri tersebut Wolbachia pipientis pada 1936.

Awalnya, Wolbachia dianggap sebagai mikroorganisme pada serangga yang berdampak kecil pada kesehatan manusia. Namun hal ini terbantahkan dalam beberapa tahun terakhir setelah ilmuwan menyadari bahwa Wolbachia dapat mencegah nyamuk menularkan penyakit demam berdarah dengue, Zika, chikungunya, dan demam kuning ke manusia.


5. Nyamuk Aedes aegypti ber-Wolbachia tidak menularkan penyakit

World Mosquito Program telah melepaskan nyamuk ber-Wolbachia dengan dukungan pemerintah dan masyarakat di 14 negara selama 12 tahun terakhir. Pelepasan pertama dilakukan pada tahun 2011 di negara bagian Queensland, Australia. Sementara di Indonesia, uji coba nyamuk ber-Wolbachia telah dilakukan di Yogyakarta dan menunjukkan penurunan kejadian demam berdarah dengue sebesar 77 persen dibandingkan daerah yang tidak diberi nyamuk ber-Wolbachia.

Dilansir Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC), bakteri Wolbachia tidak dapat menyebabkan manusia atau hewan menjadi sakit. Hal senada juga dijelaskan World Mosquito Program, bahwa nyamuk pembawa Wolbachia tidak dapat menularkan Wolbachia ke manusia atau hewan. Ini karena Wolbachia hanya bisa bertahan hidup di sel serangga. Hasil analisis risiko yang diinisiasi Kementerian Pendidikan dan Balitbangkes Kementerian Kesehatan pada tahun 2016 menyimpulkan bahwa nyamuk Wolbachia memiliki risiko rendah terhadap manusia dan lingkungannya.

Tidak ada kaitannya Japanese Encephalitis dengan nyamuk ber-Wolbachia, sebab jenis nyamuk yang menularkan Japanese Encephalitis berbeda dengan nyamuk yang menularkan DBD. Japanese Encephalitis ditularkan melalui gigitan nyamuk spesies Culex, sementara bakteri Wolbachia yang digunakan dalam penanganan DBD disuntikkan ke nyamuk Aedes aegypti. Bakteri Wolbachia sendiri tidak dapat menularkan penyakit ke manusia.hidupsehat

Komentar

Postingan populer dari blog ini

5 Efek Begadang pada Wajah, Salah Satunya Bikin Keriput

5 Makanan yang Gak Boleh Dikonsumsi Bareng Kopi, Kenapa?

6 Manfaat Buah Duku untuk Ibu Hamil